Surga
di ‘Hidung’ Kalimantan - Bagian I
Jika
melihat Pulau Kalimantan, pulau terbesar di Indonesia ini diproyeksikan sebagai
wajah manusia. Nah, kebetulan, sejak hari Senin (3/2) kemarin, saya dengan
beberapa wartawan dari berbagai media mengunjungi ‘hidung’ Pulau Kalimantan,
siapa sangka ada surga di ‘hidung’ Kalimantan, namanya Labuan Cermin..
ENTAH kebetulan atau memang disengaja,
saya ditempatkan dalam satu mobil bersama teman-teman dari satu grup, yakni Kompas
Gramedia. Ada Nurni Sulaiman dari The Jakarta Post, Slamet Widodo dari Kompas
TV, Junaidi dari National Geographic Indonesia dan Hary Susilo dari Kompas.
Kami berangkat menuju Kecamatan Biduk-biduk, Kabupaten Berau dari Tanjung Redeb sekitar pukul 22.00 WITA dengan mengunakan tujuh mobil. Perjalanan ditempuh dengan waktu enam jam, jadi kami tiba di Kecamatan Biduk-biduk pukul 04.00 dinihari.
Hari pertama setibanya kami di sana, kami berencana melihat hutan mangrove dan gunung karst di Si Gending, Teluk Sulaiman. Awalnya cuaca terlihat bersahabat, dengan menggunakan dua buah kapal kelotok, kami mencoba menuju Si Gending.
Namun di tengah jalan, tiba-tiba angin
laut bertiup kencang, ombak menjadi tinggi dan kapal yang kami tumpangi
terombang-ambing di tengah lautan. Khawatir cuaca semakin memburuk, kami
memutuskan untuk kembali ke dermaga.
Batal melihat hutan mangrove dan gunung
karst, kami pun memutuskan untuk melihat Danau Labuan Cermin yang lokasinya
tidak jauh dari tempat kami menginap. Meski dikenal dengan sebutan ‘danau’ namun
Labuan Cermin sebenarnya sebuah teluk, karena Labuan Cermin terbuka sehingga
air laut menjorok ke darat.
Terlepas dari istilah danau atau teluk, nama Labuan Cermin sudah sangat tepat, karena memang pada permukaan air danau begitu jernih, mirip dengan cermin sehingga kita bisa berkaca di air danau tersebut.
Terlepas dari istilah danau atau teluk, nama Labuan Cermin sudah sangat tepat, karena memang pada permukaan air danau begitu jernih, mirip dengan cermin sehingga kita bisa berkaca di air danau tersebut.
Untuk menuju Labuan Cermin, kami harus
menumpang kapal kelotok,
meninggalkan jembatan yang juga berfungsi sebagai tempat menambatkan kapal.
Kapal yang kami tumpangi langsung berhadapan dengan arus deras dari dalam
karena bertepatan dengan air yang mulai surut. Setelah melewati jembatan baja,
kami memasuki sebuah laguna yang tidak telalu dalam, hingga dasarnya terlihat
dengan jelas.
Perjalan menuju
Labuan Cermin tidak seberapa jauh, hanya sekitar 10 menit perjalanan. “Awas
kepala!” seru operator kapal kelotok saat kami melintasi pipa sumber air bersih.
Setibanya di sana, ada
dermaga apung yang digunakan untuk menurunkan wisatawan sekaligus berfungsi
sebagai ruang ganti pakaian dan duduk-duduk sebelum masuk kedalam air. Saya
penasaran, ingin mencicipi air yang kata penduduk sekitar memiliki dua rasa.
Saya mencoba untuk
mencelupkan tangan dan mengecapnya dengan lidah saya. “Rasanya seperti air
tawar biasa,” kata saya.
"Di bawah om
yang asin, kalau di atas biasa aja airnya," kata seorang anak yang rupanya
memperhatikan saya saat mencicipi air Labuan Cermin.
Tak ingin mengganggu kru Trans TV yang sedang mengambil gambar untuk program Celebrity on Vacation, saya memilih menunggu duduk-duduk daratan bersama Slamet Widodo dan Junaidi.
Tak ingin mengganggu kru Trans TV yang sedang mengambil gambar untuk program Celebrity on Vacation, saya memilih menunggu duduk-duduk daratan bersama Slamet Widodo dan Junaidi.
Saya sebenarnya tidak sabar menunggu pengambilan gambar selesai dan mecoba langsung rasa air Labuan Cermin. “Nanti dulu, di bawah masih ramai orang syuting,” kata wartawan Kompas TV yang akrab dipanggil Tom ini.
Setelah menunggu
sekitar 30 menit, sepertinya Tom lebih penasaran daripada saya, buktinya Tom lebih
dulu mencelupkan tangannya ke Labuan Cermin. “Airnya segar,” kata Tom sambil
terkekeh.
Ini memang menjadi salah satu keunikan lain dari Labuan cermin, memiliki 2 jenis air
yang berbeda. Pada permukaan danau airnya tawar sedangkan di dasar danau airnya
asin, namun kedua air tersebut tidak pernah bercampur.
Air
asinnya bisa dirasakan pada kedalaman sekitar 2 meter, namun ketebalan air
tawar dan air asin di danau ini berubah-ubah tergantung dengan pasang surut air
laut. Danau mungil ini tidak lebih luas dari lapangan bola, dikelilingi hutan
dan ada tebing menjulang tinggi di salah satu sisinya.(bersambung)
Episode berikutnya, Air Terjun Bidadari
Episode berikutnya, Air Terjun Bidadari
4 Komentar | Kirim Komentar:
wah jadi pengen juga ikut ke sana hehe
tenangnya....jadi pengen kesana :)
widiiih ada fq...
keren-keren,,penasaran dg labuan cermin
Home relocation services from kanpur to varanasi charges
Home relocation services from lucknow to pune charges
Home relocation services from cochin to dehradun charges
Home relocation services from agra to ghaziabad charges
Home relocation services from varanasi to noida charges
Home relocation services from indore to raipur charges
Post a Comment
Terimakasih kunjungannya, silakan tinggalkan komentar atau pesan anda setelah membaca artikel ini