Mengintip Tempat Mandi Para Bidadari

Surga Di Hidung Pulau Kalimantan - Bagian 2

Di Labuan Cermin kami menikmati kesegaran air dua rasa dan menjelajahi setiap sudutnya, namun tak terasa, hari semakin gelap, kami pun lelah setelah beraktivitas seharian. Lagi pula masih banyak objek wisata yang akan kami kunjungi di ‘hidung’ Pulau Kalimantan ini.. Salah satunya Air Terjun Bidadari..

Geafry Necolsen

KEESOKAN harinya, kami masih penasaran dengan Teluk Sumbang, sebelumnya kami memang belum berhasil menginjakan kaki di Teluk Sumbang karena untuk menuju ke sana, kami harus menyeberang dengan menggunakan kapal kelotok.

Namun karena cuaca buruk, niat kami untuk mengunjungi Teluk Sumbang pada hari pertama terpaksa dibatalkan.

Hari ini, kami berangkat lebih pagi dengan harapan cuaca cerah. Benar saja, pagi itu cuaca cukup bersahabat, saya bersama jurnalis dari National Geographic Indonesia, Kompas TV, The Jakarta Post, Kompas, Berita Satu, MNC dan Trans TV menuju Teluk Sumbang menggunakan dua unit kapal kelotok.

Butuh waktu sekitar 30 menit dari dermaga di Teluk Sulaiman ke Teluk Sumbang, setibanya di sana, kami langsung menikmati santap siang di tepi pantai berpasir putih. Setelah itu, lokasi pertama yang kami tuju adalah Air Terjun Bidadari.

Air terjun ini tersembunyi di balik hutan belantara, ini menimbulkan kesan misterius, apalagi memang tidak banyak orang yang mengunjunginya. Bahkan, masyarakat Kampung Teluk Sumbang Kecamatan Biduk-biduk pun jarang ada yang mau berjalan jauh masuk ke dalam hutan menuju air terjun ini.

Setelah saya tiba di Air Terjun Bidadari, hal pertama yang saya lakukan adalah terjun ke dalamnya, hehe.. Tidak ada orang lain selain rombongan kami, sehingga kami bisa leluasa menikmati keindahan sekaligus kesegaran Air Terjun Bidadari.

Konon, menurut cerita masyarakat, air terjun ini diberi nama Air Terjun Bidadari karena dulunya, air terjun ini digunakan oleh para bidadari untuk mandi.

Keunikan lain yang dimiliki oleh Air Terjun Bidadari, airnya terjun dari tiga ketinggian. Ketinggian pertama sekitar lima meter dan berjarak 1,5 km ke dalam hutan. Yang kedua, air terjun setinggi 30 meter yang berjarak 500 meter dari air terjun pertama.

Nah karena lokasinya cukup dekat dengan lokasi kapal kami ditambatkan, kami memilih menikmati air terjun di tingkat ketiga dengan ketinggian sekitar lima meter. Jika dilihat dari posisi tertentu, kita bisa melihat pelangi dari balik percikan air terjun yang turun membentuk kolam biru kehijauan.

Rasa penasaran kembali merasuki saya untuk menjajal lompat dari ketinggian langsung ke dasar kolam yang terbentuk secara alami dari terjangan air terjun. “Ayo cepat lompat,” kata Nurni Sulaiman, wartawan The Jakarta Post sambil menunggu di bawah. Byuurrr!!

Ternyata airnya cukup dalam, sekitar tiga meter dalamnya. Nurni rupanya ikut penasaran juga untuk menjajal terjun.

“Aku mau juga dong,” kata dia. Agak sulit dan berbahaya untuk bisa menikmati sensasi lompat dari ketinggian itu. Salah pijak bisa-bisa terjatuh dan kepala bisa saja membentur batuan karst yang mengelilingi air terjun itu.

Meski memiliki keunikan dan keindahan yang luar biasa, namun Air Terjun Bidadari ini hanyalah salah satu objek wisata yang kurang dikenal oleh masyarakat. Pemkab Berau tampaknya tidak cukup hanya melakukan pengembangan wisata di Kepulauan Derawan saja, sebab masih banyak potensi wisata yang bisa dikembangkan di Kabupaten Berau.(bersambung)